welcome visitor
Join us

categories
artikel -

Perayaan Atau Pemberian?

Yohanes 1:12-14; 3:16

Tentu sudah menjadi kebiasaan atau budaya di berbagai tempat di belahan dunia dalam merayakan Natal dengan kemewahan dan glamor. Di jalan-jalan perkotaan dan mall-mall pun dihiasi dengan lampu-lampu hiasan dan berbagai pernak-pernik atau aksesori Natal. Tidak ketinggalan, di rumah-rumah orang Kristen bahkan gereja-gereja pun dihiasi dengan berbagai aksesori Natal. Memang itu tidaklah salah, bahkan sesuatu yang baik, sebab itu merupakan ekspresi keceriaan dan kebahagiaan lahirnya Juruselamat dunia 2000 tahun yang lalu, di kandang domba yang hina di Betlehem. Namun yang disayangkan adalah makna Natal sudah bergeser kepada perayaan semata. Natal menjadi identik dengan perayaan. Dengan kata lain, berbicara tentang Natal berarti berbicara tentang kemewahan, pesta pora, baju baru, pohon Natal, Santa Klaus, kegemerlapan, dlsbnya. Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga mengidentikkan Natal dengan kemewahan dan gempita?
Sebut saja Doni, seorang anak yang berasal dari keluarga Kristen. Ia selalu merindukan hari Natal, sebab seperti biasa di tahun-tahun sebelumnya, keluarganya akan mengadakan liburan Natal di sebuah kota yang gemerlap dengan berbagai hiasan Natal, melihat Santa Klaus, mendapat hadiah, dan menghiasi pohon Natal. Itu sebabnya, ia ingin sekali Natal segera tiba. Namun sayang, di tahun tersebut perusahaan ayahnya gulung tikar dan mengalami kebangkrutan. Hal ini membuat Doni tidak bisa lagi merayakan Natal sesuai dengan keinginannya. Ia pun menjadi kecewa dan menyalahkan Tuhan atas kemalangan yang terjadi. Namun di pagi hari di hari Natal itu, tidak jauh dari rumahnya ia melihat seorang anak seumuran dengannya yang kumuh sedang duduk di pinggir jalan. Rasa penasaran, ia pun mendekati anak itu dan bertanya tentang apa yang dilakukannya. Anak tersebut dengan penuh senyum menjawab, "Saya sedang berdoa kepada Tuhan, mensyukuri akan kasih dan pemeliharaanNya hingga Natal ini. Bahkan saya bersyukur sebab Tuhan Yesus mau datang dan lahir ke dalam dunia ini untuk menerima saya anak kecil yang hina ini." Akhirnya Doni merayakan Natal bersama keluarga dengan penuh kesederhanaan dan penuh rasa syukur.
Tuhan Yesus lahir di dunia ini bukan dengan kemewahan, Ia tidak memilih tempat yang istimewa, bukan pula di dalam istana yang megah, melainkan di kandang domba yang hina, bahkan Ia dibaringkan di dalam palungan (Luk 2:7). Hal ini dilakukanNya bukan karena Tuhan itu miskin, melainkan karena kasihNya yang besar terhadap kita sehingga Tuhan Yesus rela menjadi manusia untuk kita yang miskin, berdosa, terhina, bahkan tidak layak untuk dikasihi dan tidak layak mendapat pengampunan. Karena itu, makna Natal sejatinya bukanlah sebuah perayaan semata, melainkan pemberian kasih sejati Tuhan bagi kita, agar kita beroleh kasih karuniaNya. Sudahkah Kristus lahir di hati kita?

DOA
Bapa sorgawi, ajar aku memaknai Natal dengan benar sehingga hidupku berkenan kepadaMu, bukan untuk memuaskan keinginan duniawi. Dalam nama Tuhan Yesus aku berdoa. Amin.


back
more article...
login member
Username
Password
* sign up here