Filipi 4:5; Ibrani 13:1-2; 1 Yohanes 4:7
Ada istilah mengatakan bahwa kepintaran dapat kita peroleh di bangku sekolah, tetapi kearifan, kebijaksanaan, kebaikan hati, dlsb, hanya dapat kita pelajari dari kehidupan ini. Dengan lebih seringnya kita melihat ke sekeliling, kita akan dapat menyaksikan masih ada banyak hal baik yang dapat kita teladani.
Suatu hari saya naik angkutan umum yang dikemudikan oleh seorang anak muda. Di dalam angkutan tersebut ada 6 orang penumpang termasuk saya. Tidak seperti sopir angkutan umum lainnya yang mengemudi secara ugal-ugalan, sopir angkutan umum yang saya tumpangi merupakan salah satu pengemudi yang baik. Ia mengemudi dengan kecepatan rata-rata, sehingga penumpang merasa aman. Dari kejauhan saya melihat ada seorang ibu dengan tiga anaknya, yang satu masih bayi, berdiri di tepi jalan. Beberapa angkutan umum yang ugal-ugalan mendahului kami, hanya berhenti di depan mereka, tetapi tidak mengangkut ibu tersebut dengan anak-anaknya. Akhirnya mobil angkutan yang saya tumpangi berhenti di depan ibu tersebut. "Mas, lewat stasiun ya?" tanya ibu itu. Tentu saja sopir itu menjawab, "Ya." Namun ibu itu tidak lekas naik. Dengan nada sedikit gemetar ia berkata, "Maaf Mas, tetapi saya tidak punya ongkos." Sambil tersenyum sopir itu menjawab, "Nggak apa-apa Bu, naik saja." Tetapi ibu tersebut seperti nampak ragu, sehingga sopir itu berkata lagi untuk meyakinkannya, "Ayo Bu, naik saja, tidak apa-apa," ucap sopir tersebut. Perlakuan sopir tersebut membuat saya menaruh apresiasi besar terhadapnya. Sebab, di saat sopir-sopir yang lain berlomba-lomba mencari penumpang, anak muda itu justru merelakan beberapa tempat untuk diberikan secara gratis. Akhirnya, tibalah ibu tersebut di tempat tujuannya, dan kami melanjutkan perjalanan. Tidak jauh dari tempat pemberhentian ibu yang tadi, seorang pria paruh baya turun dari angkutan yang saya naiki. Pria tersebut memberikan uang 50 ribu. Ketika sopir hendak memberi kembalian, pria tersebut berkata, "Tidak usah. Uang itu untuk membayar tumpangan saya beserta ibu dan anak-anaknya yang tadi. Teruslah berbuat baik, Dik." Sungguh peristiwa yang mahal harganya bagi saya. Seorang ibu yang jujur dengan keadaannya, seorang anak muda yang baik hati, dan seorang pria yang berbudi.
Berbuat jahat atau baik adalah pilihan bukan natur! Siapa saja bisa memilih apakah ingin berbuat jahat atau berbuat baik. Alkitab memang mengatakan bahwa manusia akhir zaman akan hidup dengan mencintai dirinya sendiri, tidak tahu berterima kasih, tidak tahu mengasihi, tidak suka berbuat baik, dlsb. (2 Tim 3:1-5), dan di masa ini kita sudah menyaksikannya. Namun hal itu janganlah menahan kita untuk berbuat kebaikan. Melakukan kebaikan tidak melulu dengan materi, tetapi bisa dengan senyuman, perkataan yang menghangatkan, atau dengan mendahulukan lansia untuk duduk saat bis yang ditumpangi penuh.
DOA
Bapa, tolong aku agar peka dengan keadaan mereka yang membutuhkan. Beriku hati yang tulus untuk menolong sesamaku. Dalam nama Tuhan Yesus aku berdoa. Amin.
back
Best viewed in Mozilla Firefox 3 or greater