Filipi 1:13; 4:4
Robert H. Schuller adalah seorang pendeta dan penulis terkenal dari Amerika Serikat. Schuller dikenal karena bangunan gerejanya yang megah dan unik, serta perjuangannya yang gigih dalam membangun gereja tersebut. Setiap hari Minggu, ia berkhotbah di gereja itu kepada 11.000 anggota jemaatnya. Selain itu, Schuller juga dikenal dari buku-bukunya yang bersifat memotivasi dan dibaca oleh banyak orang, termasuk non-Kristen. Beberapa dari bukunya tersebut menjadi best-seller. Ketika tulisan ini dibuat, Schuller baru saja kembali ke pangkuan Bapa di Sorga.
Ada kisah menarik tentang Robert H. Schuller, sebagaimana diceritakan oleh anaknya, Robert A. Schuller. Suatu ketika Robert H. Schuller sedang dirawat di salah satu rumah sakit di Amsterdam, Belanda, karena mengalami pendarahan di otak. Saat ia telah sadarkan diri usai menjalani operasi pendarahan otak, ia tidak menanyakan masalah penyakitnya kepada dokter yang menanganinya. Ia tidak bertanya tentang masalah kesehatannya dan kehidupannya. Sebaliknya, ia malahan menjulurkan tangannya, lalu mulai mendoakan dokter tersebut, kesehatannya, keluarganya, dan pekerjaannya. Luar biasa! Di tengah-tengah penderitaannya yang berat, Schuller masih ingat untuk mendoakan orang lain. Ia masih peduli orang lain!
Kisah Schuller ini mengingatkan kita pada kisah Rasul Paulus. Ketika Rasul Paulus menuliskan suratnya kepada jemaat di kota Filipi, ia sebenarnya sedang berada di penjara karena memberitakan Kabar Baik. Tentu keadaan di dalam penjara sangat memprihatinkan, terlebih lagi pada zaman dahulu. Namun, Paulus tidak berada dalam kesedihan yang mendalam atau mengasihani diri sendiri. Sebaliknya, ia justru menguatkan jemaat Filipi dengan mendorong mereka untuk tetap bersukacita. Seharusnya jemaat Filipilah yang menguatkan dan menghibur Paulus agar ia tetap tegar menghadapi hukumannya di penjara, dan agar tetap bersukacita di dalam Tuhan. Namun justru sebaliknya yang terjadi, Rasul Paulus yang menguatkan dan menghibur jemaat Filipi dengan mengingatkan mereka agar tetap bersukacita di dalam Tuhan. Bagi Paulus, pergumulan hidup yang dialaminya tidak seharusnya membuatnya lupa untuk menghibur, menguatkan, dan memedulikan orang lain.
Dalam hidup ini memang kadang kala kita tidak bisa menghindari berbagai pergumulan hidup. Namun, sebagai orang percaya kita mempunyai pengharapan di dalam Tuhan, karena kita yakin kasih Tuhan senantiasa melimpah di dalam hidup kita. Kita dapat tetap menolong dan menguatkan orang lain, sekalipun kita sendiri sedang mengalami pergumulan hidup. Pergumulan hidup yang sedang kita alami tidak seharusnya membuat kita lupa memedulikan orang lain. Oleh karena itu, dalam kondisi yang bagaimanapun juga, tetaplah ingat untuk menolong dan menghibur orang lain. Atau setidaknya, dalam masa susah kita, hiburlah diri kita sendiri, sehingga kita tidak menjadi beban bagi orang lain.
DOA
Bapa sorgawi, di masa kesusahanku, mampukan aku untuk menghibur dan menguatkan orang lain yang juga berkesusahan sepertiku. Dalam nama Tuhan Yesus aku berdoa. Amin.
back
Best viewed in Mozilla Firefox 3 or greater