welcome visitor
Join us

categories
artikel -

Sisi Lain Seorang Ayah

Amsal 6:20-21; 15:20

Sore itu, Risa dan mamanya baru selesai mencoba kebaya pengantin yang akan Risa pakai saat dia menikah nanti. Saat itu, mereka pun sempat mengenang masa lalu Risa ketika zaman sekolah dahulu. Mamanya bertanya, "Waktu kamu kuliah di luar kota dahulu, kamu lebih sering kangen Mama atau Papa?" Dengan yakin Risa menjawab, "Jelas Mama, dong!" Kemudian sahut mamanya, "Mama sudah duga jawabanmu. Dan mama tahu apa alasanmu lebih kangen Mama dibandingkan Papa." Risa mengerutkan dahi dengan penasaran dan bertanya, "Memang apa alasannya?" Lalu mamanya menjelaskan, "Bisa jadi karena Mama yang lebih sering menghubungimu, meskipun sekadar menanyakan kabar atau keadaanmu. Yah, Papa juga pernah menghubungimu. Tetapi setidaknya jika dibandingkan, pasti Mama yang lebih sering menghubungimu." Mendengar jawaban itu, Risa hanya bisa tertawa kecil.
Lalu cerita mamanya lagi, "Sebenarnya Papalah yang selalu mengingatkan Mama untuk menghubungimu. Dan kamu ingat, sebelum kamu lulus SMA, ia sedikit memaksamu untuk mengambil jurusan yang lain selain pilihanmu. Paksaan darinya semata-mata karena memikirkan masa depanmu. Tetapi, Papa tetap mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengannya. Saat kamu harus pergi kuliah ke luar kota, ia harus melepasmu di bandara. Saat itu badannya kaku untuk memelukmu. Papa hanya memberikanmu nasihat, padahal ia ingin sekali menangis seperti Mama dan ingin memelukmu erat. Yang dilakukan hanya menghapus tetesan air matanya kemudian menepuk pundakmu agar kamu bahagia untuk pergi. Lalu, saat kamu butuh membayar biaya semester dan kehidupanmu sehari-hari, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Papa. Ia berusaha agar kamu tidak kekurangan di sana. Ketika kamu meminta sesuatu dan ia belum bisa memberikannya saat itu, sebenarnya dalam batinnya ia sangat ingin berkata, 'Iya nak, Papa belikan untukmu.' Kamu tahu, saat itu ia merasa gagal membuat hatimu senang? Saat kamu wisuda, ialah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu. Dan sekarang, saat teman priamu meminta kepada kami orang tuamu, untuk mengambilmu dari kami, ia sangat berhati-hati untuk melepaskanmu. Karena ia tahu bahwa pria itulah yang akan menggantikan posisi Papa nanti untukmu."
Bersyukurlah jika kita masih memiliki ayah! Mungkin ayah kita kaku, tidak selembut ibu. Namun di balik itu, ia memiliki hati yang sangat lembut dan sangat menyayangi kita, bahkan selalu berusaha membuat keluarganya bahagia. Selagi kita memiliki ayah, kasihi dan berusahalah untuk membahagiakannya. Karena kita ada sampai saat ini, tidak lepas dari campur tangan Tuhan melalui ayah dan tentu juga melalui ibu kita. Dan jika kita telah menjadi orang tua, lakukanlah yang terbaik untuk anak-anak kita, agar apa yang kita lakukan menjadi cerminan mereka ketika mereka menjadi orang tua nanti.
    
DOA
Bapa, terima kasih untuk ayah terbaik yang Kau anugerahkan bagiku. Mampukanku untuk membahagiakan dan membanggakannya. Dalam nama Tuhan Yesus aku berdoa. Amin.


back
more article...
login member
Username
Password
* sign up here