welcome visitor
Join us

categories
artikel -

Berbagi Duka Bersama Tuhan

Mazmur 56:1-14 Pernahkah kita marah, bahkan sangat marah kepada Tuhan tatkala kita kehilangan orang-orang yang kita kasihi karena kematian mereka? Kalau Tuhan benar-benar mengasihi anak-anakNya, mengapa Dia tidak menyembuhkan mereka yang kita kasihi yang menderita oleh penyakit yang parah? Mengapa Tuhan mengizinkan orang-orang baik yang kita miliki pergi lebih awal dari yang kita mohonkan? Sudah 30 tahun Nanci menikah dengan suaminya yang baik. Suatu hari, ia diperhadapkan dengan satu kenyataan di mana suaminya tiba-tiba mengalami satu penyakit langka, yaitu melemahnya kemampuan otaknya. Penyakit ini akhirnya membawanya segera pulang ke pangkuan Abraham. Suamiku adalah pria yang cemerlang, lembut, penuh dengan rasa humor, dan sangat mencintaiku. Aku sangat berduka melihat dia kehilangan kemampuannya berjalan. Ia tidak bisa mengambil benda-benda dari lantai, tidak bisa menulis, bahkan tidak bisa bicara dengan jelas. Kami telah menikah selama 30 tahun dan berharap hidup dalam kebahagiaan sampai rambut memutih. Namun, mendadak di suatu pagi aku mendengar bahwa suamiku telah tiada. Dokter tidak dapat melakukan apa pun untuk menolongnya. Hidupku tidak akan pernah sama saat menyadari bahwa aku telah kehilangan pria yang selama 30 tahun menemani dan menopang hidupku. Aku tidak pernah dilatih agar bersiap menerima keadaan yang tiba-tiba seperti ini! Dalam kesakitan itu, aku menjadi sangat marah kepada Tuhan. Aku memukul meja dan melempar benda-benda yang ada sebagai pelampiasan emosiku yang memuncak. Namun, Tuhan adalah Tuhan! Dia tidak kaget melihatku marah. Bahkan dalam hati kecilku, Dia mampu menanamkan kata-kata yang meneduhkan jiwaku, Aku tidak pernah meninggalkanmu. Kalau kau sedih, Aku pun bersedih bersamamu. Aku tahu apa rasanya ditinggal. Bapa pernah meninggalkanKu tatkala Aku tersiksa di atas Golgota. Aku harus terpisah dari BapaKu oleh karena dosa seluruh manusia tertanggung atasKu. Bisakah kau menerima bahwa saat ini Aku berduka bersamamu? Aku sangat terhibur saat mengetahui bahwa aku bisa berbagi dukaku dengan Tuhan. Aku tidak melewati hari-hari berduka itu sendirian, Yesus di sana berempati bersamaku, kata Nanci kepada teman-temannya ketika kembali dari pemakaman. Menyadari bahwa Tuhan ada di lembah kekelaman bersama kita, itu memberi kekuatan lebih dari penghiburan mana pun. Sahabat saya yang adalah pasangan konselor keluarga selalu berkata, Rasa duka boleh mampir, tetapi tidak boleh menginap apalagi sampai mengontrak! Orang percaya boleh bersedih ketika kehilangan mereka yang dikasihi, tetapi janganlah tinggal lama-lama dalam kedukaan itu. Setelah berkabung karena kehilangan anak pertamanya dari Batsyeba, Daud segera bangkit dari kedukaannya dan kembali memerintah atas Israel (2 Sam 12). Daud tahu bahwa kelak ia yang akan pergi dan bertemu dengan putranya yang ada di rumah Bapa. DOA Tuhan, biarlah anak-anakMu memiliki pengertian yang benar tentang kasihMu tatkala berada dalam lembah kekelaman. Dalam nama Tuhan Yesus, mampukan kami bangkit. Amin.


back
more article...
login member
Username
Password
* sign up here