welcome visitor
Join us

categories
artikel -

Telinga Seorang Murid

Telinga Seorang Murid
Yesaya 50:4

 

Kitab Yesaya ditulis oleh Yesaya, anak Amos. Pelayanan Yesaya pada masa pemerintahan empat raja Yehuda: Uzia, Yotam, Ahas, dan Hizkia. Ini berarti pelayanan Yesaya meliputi lebih daripada setengah abad sejarah Yehuda. Menurut tradisi, Yesaya mati syahid dengan cara yang keji yakni digergaji menjadi dua oleh Raja Manasye, putra Raja Hizkia.
Sangat menarik ketika mencermati atau merenungkan tulisan Yesaya, "Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid." Siapakah yang dimaksudkan dengan sebutan murid di sini? Kata murid dapat berarti penganut suatu ajaran, dan kita adalah penganut ajaran Kristus. Itu berarti kita adalah murid Kristus. Sebagai seorang murid, kita harus banyak belajar, dan dalam pembahasan kita hari ini adalah belajar mendengar, mendengar suara Tuhan.
Beberapa bulan terakhir ini, saya semakin merasakan tuntunanNya melalui suaraNya yang lembut dalam hati saya. Dia seakan sedang mempertajam telinga rohani saya melalui berbagai masalah yang saya hadapi. Tuntunan yang Dia berikan membuat saya mengalami kelegaan. Berikut adalah kisahnya. Ketika kami menikah, kami membeli sebuah motor yang kami gunakan sebagai alat transportasi dari rumah ke kantor. Kami menyebutnya sebagai motor kenangan, karena lebih dari 10 tahun menemani kami dengan setia. Suatu kali motor itu dipinjam teman, tetapi setelah sekian lama, motor itu tidak dikembalikan. Bahkan teman tersebut tidak ada kabar beritanya. Suatu kali saya teringat kepada motor kenangan itu dan tiba-tiba saya menjadi gusar. Dengan perasaan jengkel saya berkata dalam hati, "Kalau tahu motor itu tidak dikembalikan, mendingan aku jual, satu juta juga laku itu motor!" Tidak lama setelah saya menyelesaikan kalimat yang sarat dengan perasaan jengkel tersebut, ada suara lembut dalam hati, "Sudahlah, relakan saja. Bukankah kamu lebih diberkati daripada dia?" Saya sempat tertegun dan terdiam ketika mendengar suara itu. Dan kata-kata itu membuat saya kembali tenang. Sejak saat itu saya sudah merelakan motor tersebut.
Tuhan juga pernah memperdengarkan suaraNya ketika suatu sore saya memandangi rumah tetangga yang sedang direnovasi. Rumah itu tampak indah, kokoh, dan tinggi. Lalu saya berkata dalam hati, "Bagus yah Tuhan rumahnya?" Kali ini Tuhan menjawab dengan suara tegas, "Tahukah kamu, semua itu tidak ada nilainya di kekekalan." Saya terhenyak dengan jawaban Tuhan tersebut. Jawaban Tuhan membuat saya sadar bahwa tidak seharusnya saya mengejar sesuatu yang tidak ada nilainya di mata Tuhan dan sebaliknya, saya harus mengejar sesuatu yang bernilai di hadapan Tuhan.
Mari pertajam telinga rohani kita untuk mendengarkan tuntunanNya. Pertajamlah telinga rohani kita dengan memiliki waktu khusus untuk duduk diam di bawah kakiNya setiap hari. Percayalah Dia mau, dan juga rindu memperdengarkan suaraNya untuk menuntun kita.

DOA
Bapa, aku ingin mempertajam telinga rohaniku, sehingga aku dapat mendengar suaraMu yang lembut ketika menuntun dan menegorku. Dalam nama Tuhan Yesus, aku berdoa. Amin.


back
more article...
login member
Username
Password
* sign up here