welcome visitor
Join us

categories
artikel -

Berkat Setelah Musibah

NN, NTT

 

Saya berasal dari keluarga petani yang cukup sukses dalam usaha pertanian. Orang tua memiliki sawah di beberapa tempat, begitu juga ladang ada tiga yang cukup luas. Selain itu, ada beberapa lahan sawah yang digadaikan orang dan juga diusahakan oleh keluarga. Hasil utama dari pertanian kami adalah padi, singkong, ubi jalar, dan jagung, serta berbagai macam sayuran untuk dijual. Dengan hasil pertanian itu, kami hampir tidak pernah kekurangan bahan makanan. Bahkan, hasil panen padi dari dua tahun sebelumnya pun masih utuh dalam beberapa lumbung besar yang sangat tinggi. Setiap kali panen di ladang atau di sawah, kami harus memanggil para tetangga karena tidak dapat memanen semuanya sendiri dan membutuhkan waktu beberapa hari karena hasil panen yang melimpah. Selain itu, orang tua saya juga pedagang, jadi hasil panen ada juga yang dijual langsung ke pasar. Keluarga saya hampir tidak pernah khawatir akan apa yang akan dimakan besok atau bulan berikutnya. Karena selain pertanian, kami juga memiliki peternakan di mana di belakang rumah ada kandang kerbau yang isinya lebih dari sepuluh ekor, juga beberapa ekor kuda, babi, dan ayam dalam jumlah yang banyak. Kedua orang tua saya adalah pekerja keras yang mau melakukan pekerjaan apa saja selama itu baik. Tahun 1998, Bapak saya terkena stroke berat namun karena kami semua sudah terbiasa bekerja keras, kondisi Bapak tidak terlalu memengaruhi hasil panen.
Namun, semua itu hanyalah sebuah kisah masa lalu karena hasil kerja keras kami bertahun-tahun lenyap ditelan si jago merah pada tahun 2002. Rumah terbakar sekitar jam sebelas malam di saat kami sudah tidur lelap, kami pun hanya sempat menyelamatkan diri dengan baju di badan tanpa membawa apa pun. Hal yang paling mengerikan bagi kedua orang tua saya adalah mereka tidak menabung uang di bank tetapi menyimpannya di rumah. Itu adalah pertanda buruk bagi kami apalagi kami baru saja selesai panen. Beruntung tetangga kami sigap langsung membuka pintu kandang hewan-hewan peliharaan sehingga semuanya langsung melarikan diri. Sejak malam itu kami harus hidup dari sumbangan keluarga dan kerabat serta gereja. Mama saya menangis histeris hingga seminggu karena tidak menyangka semua kerja kerasnya selama ini, hilang hanya dalam beberapa jam. Kami pun harus berpisah untuk menumpang di rumah beberapa tetangga. Bahkan, masih teringat jelas, saat itu saya hanya memiliki sepasang baju yang saya pakai malam itu. Jadi, saat dicuci saya harus menggunakan sarung sambil menunggu pakaiannya kering untuk dipakai lagi.
Bersyukur kami memiliki tetangga yang baik, besok harinya mereka pun langsung merencanakan pembangunan rumah kecil dari kayu untuk kami yang baru bisa ditempati sebulan kemudian. Kami pun memulai hidup dari nol. Semua hewan peliharaan dijual sebagai modal. Berkat kerja keras Mama dan kami semua, milik kami yang hilang pun bisa kembali sedikit demi sedikit. Mama yang dahulunya tidak percaya pada bank, akhirnya mau menabung di bank karena belajar dari musibah itu. Satu tahun berikutnya kami pun sudah bisa membangun rumah dengan ukuran yang lebih besar, bukan di lahan rumah yang terbakar namun di tempat lain. Saat ini sekalipun keluarga kami tidak hidup dalam kelimpahan, tetapi kami hidup berkecukupan. Bahkan, tidak seorang pun dari kami mengingat atau menangisi musibah itu karena berkat Tuhan yang kami nikmati saat ini sangat luar biasa bagi kami. Intinya jangan pernah menyerah sekali pun masalah begitu berat.


back
more article...
login member
Username
Password
* sign up here