welcome visitor
Join us

categories
artikel -

aku hidup lagi

Pada pertengahan Oktober 2008 tumbuh benjolan kecil di bagian depan leher saya. Pada awalnya saya menganggap itu hanyalah benjolan biasa, akibat dari keletihan atau angin yang menumpuk. Namun, setelah dua bulan saya merasa ada yang aneh dari benjolan tersebut. Berawal dari kondisi fisik yang menurun, kepala sering pusing dan benjolan tersebut tak kunjung hilang. Akhirnya, saya dan suami pergi memeriksakan benjolan tersebut. Awalnya kami periksa ke dokter syaraf dan dokter tersebut mengatakan tidak ada yang ganjil, hanya syaraf di bagian leher saya agak tegang dan perlu dipasangkan neck brace (penyangga leher). Karena kurang yakin, akhirnya kami pergi ke ahli bedah. Dan ketika diperiksa, dokter berkata bahwa saya menderita penyakit kanker. Saya divonis hanya bertahan hidup paling lama dua tahun. Saya merasa tidak yakin dengan semua ini. Kondisi saya belum terlalu parah waktu itu, sehingga masih bisa menjalankan aktivitas seperti biasa. Namun, lama-kelamaan saya merasa terganggu dengan penyakit ini. Sakit yang saya rasakan semakin menggerogoti bagian leher. Mulai dari denyutan yang sakit, disertai kepala pusing tidak keruan. Sampai akhirnya, benjolan tersebut membesar dan sangat mengganggu. Keadaan ini membuat saya membulatkan tekad untuk menjalani operasi. Namun, semua tidak berjalan sesuai yang direncanakan, dokter melarang untuk melakukan operasi. Operasi memiliki risiko yang besar, yang bisa menyebabkan kematian karena akarnya akan semakin merambat, dan leher memiliki banyak bagian syaraf. Jalan yang lebih aman menurut dokter adalah melakukan penyedotan cairan. Setelah melakukan penyedotan tersebut, keadaan saya makin parah, saya merasa bahwa saya tidak berarti lagi. Dari benjolan yang satu tumbuh benjolan baru. Benjolan itu selalu mengeluarkan cairan dan tak pernah berhenti. Cairan itu berganti-ganti, terkadang berupa cairan bening, darah, dan nanah. Saya sudah putus asa. Segala upaya telah dilakukan suami dan keluarga untuk kesembuhan saya. Saat saya merasa putus asa, saya hanya mengingat Tuhan dan pasrah padaNya. Namun dalam benak saya, saya menyatakan kerinduan saya bahwa saya masih mengasihi suami dan anak-anak saya yang masih beranjak dewasa. Mereka masih membutuhkan saya. Melalui keadaan inilah saya semakin dekat dengan Tuhan dan semangat hidup saya pun mulai tumbuh. Karena saya dan suami juga termasuk orang yang aktif dalam perkumpulan-perkumpulan, banyak teman-teman yang selalu datang menjenguk dan memberi dorongan. Akhirnya keadaan saya mulai membaik dari sebelumnya. Walaupun terkadang sakit, namun karena dorongan cinta pada keluarga, saya tidak terlalu menghiraukan penyakit itu lagi. Dalam keadaan seperti itu, saya tetap berusaha menjadi seorang ibu yang bertanggung jawab. Sehingga keluarga pun menganggap keadaan saya mulai membaik. Setelah satu setengah tahun saya mengidap penyakit ini, sakit yang saya rasakan kambuh kembali. Kali ini kondisi yang saya alami lebih parah dari sebelumnya, sehingga membuat saya sangat lemah. Saya tidak bisa berbuat apa-apa lagi, dan hanya terbaring di tempat tidur. Pekerjaan rumah pun diambil alih oleh suami dan anak-anak. Hal ini saya alami selama tiga bulan lebih. Sering saya minder dengan keadaan yang saya alami. Ketika ada yang berkunjung untuk membesuk, saya selalu melarang anak saya untuk menyuguhkan makanan atau minuman walaupun itu berupa kemasan. Saya merasa bahwa mereka pasti jijik dengan keadaan saya. Dikarenakan cairan, darah, dan nanah yang terus mengalir dari benjolan-benjolan di leher saya, yang menimbulkan bau yang kurang enak. Bahkan benjolan tersebut lebih banyak dari sebelumnya. Saya bisa menghabiskan gulungan kapas 1 kg selama tiga hari. Karena keadaan seperti inilah, saya putus asa dan merasa hanya merepotkan orang lain. Namun, suami saya tetap berusaha semaksimal mungkin, ia rutin membeli obat-obatan. Sementara uang terus dikeluarkan, saya berpikir bagaimana nantinya masa depan anak-anak saya. Sering saya melarang agar tidak usah menghabiskan biaya untuk perobatan saya, karena semua anak saya masih dalam jenjang pendidikan. Namun, inilah satu hal yang saya syukuri, dalam kesakitan semua keluarga sangat mengasihi saya. Setiap hari, suami saya selalu berdoa di samping saya. Tak jarang ia menangis melihat saya meringis kesakitan. Kesakitan ini membuat saya tidak tahan lagi untuk menghadapi semuanya. Dalam kondisi lemah seperti ini saya semakin pasrah pada Tuhan dan selalu meminta agar Tuhan mengambil nyawa saya. Suatu kali, dengan menangis suami saya bertanya, Apakah kamu sudah tidak mencintai kami lagi? Saya hanya menjawab, Bukan saya tidak mengasihi kalian, tetapi penyakit yang saya derita membuat saya tidak tahan dengan semua ini. Karena bukan kalian yang mengalaminya. Pernah beberapa kali saya menyampaikan pesan-pesan terakhir kepada anak saya satu per satu, dan juga pada suami saya. Setiap hari, saya semakin yakin dengan vonis dokter pada saya dan selalu menunggu waktu yang sudah ditentukan. Sampai suatu kali, saat suami saya membersihkan cairan yang keluar dari leher saya, saya berkata agar ia tetap sabar merawat saya karena waktunya sudah tidak lama lagi. Sambil menunggu waktunya, saya semakin merasakan bahwa hanya Tuhanlah yang sangat mengerti segala sesuatu yang saya derita. Hanya puji-pujian yang keluar dari mulut saya untukNya. Saat sakit yang tak tertahankan datang, saya hanya bisa menangis sambil menyanyikan pujian untuk Tuhan, meminta padaNya agar membawa saya ke sampingNya. Pada tanggal 3 Juli 2010 dikabarkan saya telah meninggal. Selama dua hari berturut-turut banyak orang yang datang ke rumah untuk menyampaikan belasungkawa. Namun ternyata saya masih hidup. Banyak yang tak menyangka bahwa saya masih hidup dan mereka melihat wajah saya kelihatan bugar. Setiap orang yang datang selalu berkata bahwa umur saya pasti panjang. Bahkan tak jarang teman-teman saya menangis terharu melihat keadaan saya dan mereka mendoakan saya. Sampai tiga kali saya dikabarkan telah dipanggil Tuhan. Inilah yang menjadi titik balik kehidupan saya. Saya mendapat kekuatan dari Tuhan, karena saya akan dipakai Tuhan untuk menjadi penyemangat bagi orang yang sakit dan kesusahan. Tuhan pasti memberikan kesabaran pada setiap orang yang berserah kepadaNya. Jika kita mengalami penderitaan, Tuhan menyediakan kesabaran bagi kita untuk dapat menanggungNya. Tepatnya Oktober 2010, genap dua tahun saya menderita penyakit ini. Vonis dokter terhadap saya telah lewat. Puji Tuhan, sampai dengan sekarang keadaan saya malah semakin membaik. Karena banyak yang tahu akan penyakit saya, banyak juga yang datang ke rumah untuk menanyakan obat yang saya pakai. Inilah jalan saya untuk menyaksikan kebesaran Tuhan. Di samping obat, ada yang lebih besar yang bisa memulihkan keadaan saya, yaitu Tuhan Yesus. Sekarang saya sudah sehat kembali bahkan sudah kembali melakukan aktivitas secara normal. Yang saya rindukan, biarlah melalui keadaan yang pernah saya alami, saya bisa menyaksikan kebesaran Tuhan karena hidup saya adalah milikNya dan untukNya. Kesaksian Ibu M. Siregar, Kisaran.


back
more article...
login member
Username
Password
* sign up here