welcome visitor
Join us

categories
artikel -

Dia Buka Jalan

Kesaksian NN, Jakarta

Hidup dalam keluarga dengan ekonomi pas-pasan tidak menyurutkan niatku untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Jauh di dalam hati kecilku ada keraguan, bukan tanpa alasan sebab menyelesaikan pendidikan hingga tamat SMU saja sudah bersyukur mengingat pembayaran uang SPP selalu tertunggak. Bahkan sempat terpikirkan olehku, aku akan bekerja sambil menyelesaikan kuliah demi mendapatkan uang kuliah. Karena tidak mungkin bagi kedua orang tuaku untuk membiayai kuliah. Mama yang sudah sakit-sakitan tidak sanggup lagi berdagang. Bapak juga telah menderita stroke berat sejak aku masih kelas 5 SD sehingga tidak mungkin baginya untuk mencari uang. Hingga akhirnya aku pun berkata kepada Tuhan, "Tuhan, jika Engkau mengizinkanku untuk menyeberang dari kampungku ini, berarti Tuhan mengizinkan aku untuk melanjutkan studiku." Beberapa waktu kemudian seorang sanak memanggilku untuk bekerja di rumahnya sebagai pengasuh anaknya. Aku pun datang dan bekerja padanya dengan gaji tiga ratus lima puluh ribu per bulannya. Dengan gaji itu, tak menyurutkan niatku untuk tetap melanjutkan kuliah. Aku pun mencari-cari informasi kampus dengan biaya kuliah yang cukup murah dan juga sekaligus mencari beasiswa.
Dua tahun tepat setelah aku lulus SMU, aku memutuskan untuk melanjutkan kuliah dan berhenti bekerja sebagai pengasuh bayi karena diwajibkan tinggal di asrama kampus. Aku mencoba mengajukan beasiswa kepada pihak kampus tetapi tidak diterima, padahal aku sudah menceritakan situasi ekonomiku. Mereka malah mengajukan pertanyaan, "Apakah kamu yakin bisa membiayai kuliahmu di sini dengan situasi ekonomi yang demikian?" Dengan penuh percaya diri aku menjawab, "Iya." Walau saat itu aku sendiri tak tahu akan mendapatkan uang dari mana jika kampus tak menyediakan beasiswa bagiku. Uang hasil kerjaku selama satu tahun setengah cuma 5 juta ditambah tabungan Mama 4 juta, itulah yang kuharapkan bisa membayar kuliah serta semua kebutuhanku. Karena kami diwajibkan tinggal di asrama dengan peraturan yang ketat dan jadwal kuliah yang padat, aku tidak lagi memiliki waktu untuk mencari pekerjaan sampingan.
Setelah beberapa bulan kuliah, uang tabunganku pun mulai menipis. Aku juga tidak tahu harus berbuat apa selain berdoa agar Tuhan membuka jalan bagiku untuk mendapatkan sebuah pekerjaan sampingan di akhir pekan. Beberapa teman menyarankan aku untuk mencari sponsor tetapi aku tak tahu harus mencari ke mana. Dalam situasi yang demikian, tiba-tiba aku mendapatkan telepon dari seorang saudara. Ternyata ia telah mendengar semua kisahku sehingga ia ingin membiayai kuliahku hingga selesai. Puji Tuhan! Sesuatu yang tidak pernah terpikirkan olehku, itulah yang Tuhan sediakan. Aku meminta pekerjaan kepadaNya tetapi Ia malah mengirimkan seorang donatur. Teman-teman kuliahku tak ada yang mengetahui situasi ekonomiku yang sebenarnya bahkan mereka mengira aku berasal dari keluarga kaya, mereka hanya melihat bahwa hidupku tak pernah kekurangan. Tetapi mereka tak pernah tahu bahwa di balik itu semua ada perjuangan dan pertolongan Tuhan yang luar biasa. Hingga akhirnya aku menyelesaikan kuliahku dengan tuntas tanpa pernah menunggak biaya kuliah. Demikianlah kesaksian ini aku tuliskan agar bisa memberkati teman-teman seiman lainnya. Percayalah bahwa pertolongan Tuhan selalu tepat pada waktunya. Tuhan memberkati!


back
more article...
login member
Username
Password
* sign up here