welcome visitor
Join us

categories
artikel -

Menghadapi Teman Yang Mudah Marah

Tanya: Dalam pergaulan, kita tentu bertemu dengan berbagai sikap dan karakter orang yang ada di sekeliling kita, termasuk teman kita yang tidak setiap hari berjumpa dengan kita. Yang menjadi pertanyaan, bagaimana caranya menghadapi sikap seseorang atau teman kita yang cepat tersinggung dan mudah marah?
Jawab: Orang menjadi cepat tersinggung dan mudah marah biasanya ada penyebabnya. Paling tidak bisa karena dua hal berikut ini: Yang pertama, dia punya masalah di masa lalu, yang masih terbawa hingga sekarang. Misalnya, dia pernah ditolak oleh orang tuanya atau pernah disakiti dan dikecewakan orang lain. Yang kedua, dia sedang punya masalah saat ini, yang belum terselesaikan. Misalnya masalah dengan keluarga, dengan pacar, masalah sekolah atau kuliah ataupun pekerjaan. Orang yang punya masalah di masa lalu biasanya lebih sulit didekati daripada orang yang punya masalah saat ini. Karena, untuk orang yang punya masalah di masa lalu akan butuh waktu yang agak lama dan usaha yang lebih keras guna menyelesaikan masalahnya, sebab biasanya masalah di masa lalu yang dipendam adalah masalah yang besar. Namun demikian, sikap kita dalam menghadapi orang seperti itu tetaplah sama seperti sikap kita menghadapi orang yang punya masalah di saat ini.
Hal pertama yang bisa kita lakukan dalam menghadapi orang yang mudah marah dan tersinggung adalah dengan cara memakluminya. Kita harus bisa memaklumi dan mencoba untuk mengerti orang tersebut dari sudut pandang orang itu, bukan dari sudut pandang kita sendiri. Alkitab berkata, "Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!" (Rm 12:15). Artinya, kita harus berusaha menyesuaikan diri dengan orang-orang yang seperti itu, bukan malah terpancing dengan bersikap marah juga kepadanya. Dalam Rm 15:1-2 dikatakan bahwa kita wajib menanggung mereka yang lemah, bukan hanya memikirkan kepentingan kita sendiri. Dalam hal ini mereka itu adalah “orang-orang yang lemah”. Sangat tidak mudah, tetapi kepedulian kita itu bisa menjadi jalan masuk ke dalam kehidupannya dan membuat orang tersebut membuka hatinya.
Kemudian kita juga bisa menanyakan hal tersebut kepada orang itu, mengapa dia bersikap demikian. Ini tidak berarti bahwa kita ikut campur atas masalahnya atau untuk mengguruinya, tetapi agar kita bisa membantu mencarikan solusi atas masalahnya. Terlebih jika orang itu adalah teman kita sendiri, maka tentu sudah sepatutnya kita memedulikan masalahnya dan memperlakukannya sebagai sahabat dan saudara, "Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran." (Ams 17:17). Mungkin saja awalnya dia tidak mau menceritakan masalahnya kepada kita. Namun, jika kita menanyakannya dengan penuh kelembutan dan siap menjaga kerahasiaan masalahnya, maka biasanya orang seperti itu bersedia menceritakan masalahnya kepada kita. Jika dia menceritakan masalahnya kepada kita, maka kita bisa membantunya untuk menyelesaikannya berdasarkan firman Tuhan. Jika masalahnya itu terlalu berat bagi kita, maka kita bisa membawa orang tersebut kepada seorang hamba Tuhan yang kita kenal, agar hamba Tuhan itu bisa menolongnya. Namun, ini pun atas persetujuan orang tersebut. Jangan pernah menghubungkan orang tersebut dengan orang lain, sekalipun dengan hamba Tuhan, kalau tidak mendapat persetujuan dari yang bersangkutan, sebab ini bisa menyinggung perasaannya dan akan membuat suasana hatinya semakin panas. Yang penting, tetap berserah kepada Tuhan untuk pelayanan ini.


back
more article...
login member
Username
Password
* sign up here