welcome visitor
Join us

categories
artikel -

Minnie Vautrin

2 Samuel 17:23; 1 Petrus 5:7

Wilhelmina (Minnie) Vautrin lahir di Secor, Illinois, 27 September 1886. Dari kecil Minnie adalah seorang murid yang berprestasi. Para guru melihat bahwa Minnie memiliki bakat dan kerohanian yang baik. Minnie lulus tahun 1907 dari Illinois State Normal University dengan nilai tertinggi. Seorang pendeta merekomendasikan Minnie untuk pergi mengajar ke Tiongkok. Minnie juga tertarik untuk menjadi misionaris. Selama mengajar di Tiongkok, sebuah organisasi misionaris Kristen meminta bantuan Minnie untuk mengembangkan sebuah sekolah di Hofei yang bernama SMP San Ching Girls.
Minnie kemudian menjadi kepala dari Universitas Ginling di Nanking. Pada tahun 1937, terjadilah penyerangan terhadap Kota Nanking oleh tentara Jepang. Minnie berusaha sebisa mungkin melindungi para murid dan orang-orang lainnya. Pasukan Jepang mulai menyerang Nanking lewat pesawat udara pada 14 April 1937. Kedutaan Besar Amerika memerintahkan evakuasi bagi semua warga Amerika, namun Minnie tidak mau meninggalkan kota tersebut.
Selagi masih berada di Tiongkok, Minnie melakukan begitu banyak perbuatan heroik membantu para pengungsi bersembunyi di kampus Ginling. Namun, masih banyak juga orang yang tidak memiliki kesempatan untuk tertolong dari kebrutalan tentara Jepang. Anak-anak kecil ditembaki, perempuan dinodai, dan banyak orang yang disiksa. Selama masa ini, Minnie menulis banyak sekali catatan dalam buku hariannya yang berisi doa dan curahan hatinya yang sangat terluka. Buku harian tersebut menjadi inspirasi dibuatnya film Flowers of War. Pada tahun 1940, Minnie menderita stres yang parah sehingga harus ditemani oleh seorang temannya kembali ke Amerika untuk pengobatan. Minnie tidak bisa berhenti memikirkan kondisi para murid Ginling dan membuatnya jatuh sakit. Karena depresi tidak dapat berbuat apa-apa di Amerika, Minnie mencoba untuk bunuh diri dengan menelan banyak sekali obat tidur. Namun nyawanya masih tertolong. Tetapi ketika dia sudah pulih, Minnie kembali melakukan usaha bunuh diri dengan cara melepaskan gas kompor di apartemennya di dalam ruang tertutup yang akhirnya merenggut nyawanya pada usia 54 tahun. Beberapa saat sebelum kematiannya Minnie menulis di dalam buku hariannya, "Seandainya aku memiliki 10 kehidupan yang sempurna, aku akan memberikan semuanya untuk Tiongkok."
Pengorbanan Minnie untuk rakyat Tiongkok sangat nyata. Namun di akhir hidupnya Minnie melakukan kesalahan fatal dengan bunuh diri. Satu hal yang harus kita sadari, kita tidak pernah tahu apa maksud Tuhan mengizinkan terjadinya kepedihan dalam hidup kita. Namun percayalah bahwa Tuhan punya rencana yang jauh melebihi akal pikiran kita. Jangan menjadi depresi, marah dan kecewa, apalagi sampai bunuh diri. Demikian juga dalam berkorban untuk pasangan kita, maka lakukanlah dengan sungguh dan tulus, sebab suatu hari kelak hal itu akan dirasakan oleh pasangan kita. Pengorbanan kita tidak akan sia-sia.

DOA
Bapa, beriku kemampuan untuk memahami situasi yang terjadi atasku dan atas orang-orang di sekitarku, sehingga aku tidak menjadi putus asa. Dalam nama Tuhan Yesus. Amin.


back
more article...
login member
Username
Password
* sign up here