welcome visitor
Join us

categories
artikel -

Makna Cinta Yang Sesungguhnya

Amsal 30:18-19

D alam Symposium, karya filsuf terkemuka Plato, diceritakan bahwa Hephaestus, dewa logam dalam mitologi Yunani, pernah mengajukan sebuah pertanyaan kepada pasangan kekasih yang sedang asyik bermesraan. Dewa Hephaestus, yang dalam kultur Romawi dikenal sebagai Vulcan, bertanya, "Anak manusia, apakah yang sesungguhnya sedang kalian cari dengan bermesraan? Jika memang kesatuan sejati yang kalian inginkan dalam percintaan, mari biar kubantu kalian dengan alat-alat logamku agar kulebur menjadi satu dalam keabadian yang tak akan terpisahkan selamanya!" Pasangan yang sedang kasmaran tersebut pun dibuat kebingungan. Mereka tidak mampu menjawab apa yang sebetulnya mereka inginkan satu sama lain. Merasa terintimidasi oleh pertanyaan sang dewa, akhirnya mereka pun terpisah dan lari terbirit-birit tanpa peduli lagi dengan cinta mereka sebelumnya.
Cerita di atas menggambarkan bagaimana manusia kerap kali tidak memahami apa makna cinta yang sesungguhnya. Mereka kerap menganggap bahwa cinta hanya sebatas kasmaran dan kepuasan seks belaka, tanpa mau terikat dalam ikatan pernikahan. Prinsip mereka adalah yang penting suka sama suka, tanpa ada unsur paksaan. Mereka beranggapan bahwa jika telah suka sama suka, maka mereka bebas melakukan apa saja tanpa ada ikatan dalam pernikahan. Jelas, orang seperti ini telah melupakan makna agung cinta. Mereka telah mendegradasi makna cinta menjadi hanya sekadar hawa nafsu.
Di zaman sekarang, pergaulan semakin bebas, akibat globalisasi yang terjadi begitu cepat dengan adanya teknologi informasi seperti internet. Orang semakin mudah tertular hal-hal buruk dari berbagai budaya yang tidak sesuai dengan nilai-nilai firman Tuhan. Internet yang mudah diakses lewat telepon genggam, dan pergaulan bebas di kalangan pemuda dan remaja, membuat anak-anak muda semakin mudah teperdaya. Mereka kerap melihat seks sebagai sesuatu yang tidak tabu lagi. Mereka menganggap bahwa jika mereka sudah berpacaran dan menemukan pasangan yang cocok, mereka merasa tidak masalah lagi jika melakukan hubungan intim layaknya suami-istri. Tetapi mereka belum mau berkomitmen untuk diikat dalam kesatuan pernikahan.
Tuhanlah yang menciptakan cinta. Ia membentuk lembaga pernikahan, di mana cinta bisa bersemi. Selain cinta di antara sesama manusia, keluarga dan sahabat, Tuhan juga menciptakan cinta eros, cinta berahi, yang pada dasarnya bukanlah tabu, tetapi sah bahkan dianjurkan oleh Tuhan. Namun demikian, hubungan seksual itu hanya bisa dilakukan dalam sebuah hubungan yang sudah diikat dengan tali pernikahan. Dalam kekristenan, tidak ada tempat bagi hubungan seksual pada pasangan yang belum terikat dalam pernikahan. Tuhan hanya merestui hubungan seksual dalam sebuah ikatan pernikahan.

DOA
Bapa sorgawi, beri aku pemahaman yang benar akan makna cinta sehingga aku tidak menyalahgunakannya. Dalam nama Tuhan Yesus aku berdoa. Amin.


back
more article...
login member
Username
Password
* sign up here