welcome visitor
Join us

categories
artikel -

Si Panas Dan Si Dingin

Yesaya 29:13; Yeremia 12:2; Titus 1:16

Seorang bapak dan anaknya yang masih berusia 8 tahun baru saja pulang gereja. Tiba-tiba terdengar suara teriakan dari seorang ibu yang tinggal bersebelahan rumah, sedang memaki-maki anaknya. "Pak, bukannya tante itu baru saja pulang gereja? Tadi saya melihat dia berdoa dan menyembah Tuhan dengan sungguh-sungguh tetapi kok sekarang sudah maki-maki begitu sih?" tanya si anak dengan lugunya. Bapaknya pergi ke dapur mengambil dua gelas dan yang satu diisi dengan air panas sedang yang satu dengan air dingin. Kemudian ia mengambil dua kantong teh celup. Setelah itu, ia memanggil anaknya dan menyuruhnya untuk memerhatikan, "Bapak akan mencelupkan teh ini ke masing-masing gelas sebanyak tiga kali." Lalu secara bersamaan ia mencelupkan teh itu hingga tiga kali. Setelah itu ia bertanya, "Lihat perbedaannya?" "Iya, gelas yang berisi air panas warnanya lebih pekat, sedangkan gelas berisi air dingin kurang pekat," jawab anaknya. "Ayah mencelupkan tehnya di masing-masing gelas sebanyak tiga kali tetapi hasilnya beda. Mengapa bisa begitu? Air panas memiliki suhu yang tinggi sehingga memberikan reaksi yang lebih baik. Sedangkan air dingin memiliki suhu yang biasa sehingga tidak memberikan reaksi apa-apa terhadap teh ini. Demikian pula dengan orang yang beribadah, sekalipun ia berdoa, mendengarkan firman Tuhan, rajin menyembah Tuhan, tetapi bila hatinya tidak sungguh-sungguh, maka tidak akan memberi reaksi apa-apa terhadap dirinya. Ia tidak akan mengalami perubahan," jelas sang bapak.
Ibarat dua gelas dengan air dingin dan panas yang memberikan reaksi yang berbeda terhadap teh, kita pun demikian. Mungkin kita sama-sama berada di dalam suatu persekutuan, memiliki waktu dan jam doa yang sama dengan yang lainnya. Tetapi, kualitas dan reaksi yang dihasilkan bisa berbeda, tergantung pada keadaan hati kita untuk memuji Tuhan. Bangsa Israel dikatakan datang beribadah kepada Tuhan dan dengan bibirnya mereka memuliakan Dia yang hidup, namun hati mereka jauh daripada Tuhan. Mereka memang dekat kepada Tuhan secara visual tetapi secara rohani mereka begitu jauh daripadaNya. Itulah sebabnya ketika dalam hidup sehari-hari, hidup yang dijalani pun bukanlah suatu kehidupan yang menghidupi firmanNya. Hidup mereka ibarat ada di persimpangan jalan, antara jalan Tuhan dan jalan dunia. Ketika kita hanya datang membawa tubuh kita ke hadirat Tuhan, tetapi tidak membawa hati kita kepada Dia, maka semua ibadah dan pujian yang kita naikkan tidak akan mendarah daging dalam diri kita.  
Masuklah dalam hadirat Tuhan dengan membawa seluruh hati kita. Mendekatlah kepadaNya dengan hati yang selalu rindu dan haus akan firmanNya. Muliakanlah nama Tuhan dengan segenap hidup kita yang sungguh-sungguh menyadari akan keagunganNya. Sehingga, dengan demikian kita mendapatkan reaksi yang luar biasa terhadap firmanNya.

DOA
Bapa, biarlah saat aku masuk ke hadiratMu tidak hanya dengan membawa diriku, tetapi juga membawa seluruh hatiku untuk menyembahMu. Di dalam nama Tuhan Yesus. Amin.


back
more article...
login member
Username
Password
* sign up here