welcome visitor
Join us

categories
artikel -

Bersabar Dan Bersyukur

Di dalam keluarga, baru saya yang mengenal Tuhan Yesus dan sebagai wanita lajang, pergumulan utama adalah memiliki pasangan hidup dan menikah. Setelah bergumul lama, saya menikah pada bulan Mei 2009 pada usia 38 tahun. Hingga kesaksian ini ditulis, pernikahan saya memasuki tahun ke tujuh dan belum dikaruniai anak, sedangkan usia saya sudah 45 tahun. Kami memeriksakan diri ke dokter dan semuanya baik. Sekitar tahun ketiga pernikahan kami, suami menganjurkan untuk mengadopsi anak dari sebuah yayasan. Namun, karena usia pernikahan kami belum mencapai lima tahun maka kami tidak mendapatkan izin karena yayasan menyarankan adopsi anak lebih baik untuk keluarga yang pernikahannya lima tahun ke atas. Karena orang yang baru menikah 2-3 tahun itu pondasi rumah tangganya dikhawatirkan belum kuat dan masih ada kesempatan untuk memiliki anak. Sembari menunggu hal itu, kami juga mencoba sebuah program pembuahan sel telur dengan cara menyuntikkan sel sperma suami saya ke dalam rahim. Namun, hal itu tidak juga membuahkan hasil. Saya pun sedih, kecewa, dan juga iri ketika melihat orang tua bermain bersama anak-anaknya. Berbagai pertanyaan muncul, apakah saya dan suami memiliki masa lalu yang tidak berkenan di hadapan Tuhan sehingga Ia tidak memberi kami anak? Kekurangan saya apa? Secara materi saya cukup untuk membesarkan seorang anak. Saya juga rajin beribadah dan menjalin hubungan dengan Tuhan tetapi kenapa saya tidak diberikan anak? Bukankah saya menjalani masa muda saya dengan menjadi gadis baik-baik dan menjaga pola hidup yang baik? Kenapa orang lain yang secara materi kurang dan tidak percaya Tuhan kok diberikan anak? Bagaimana dengan semua keluarga saya yang belum percaya? Bukankah hal ini akan menjadi batu sandungan dan ejekan mereka terhadap saya? Saya ingin mereka melihat bahwa Tuhan Yesus yang saya percaya adalah Tuhan yang mahakuasa. Saya tidak ingin mereka menganggap ini sebagai kutukan karena telah meninggalkan kepercayaan sebelumnya.
Sekarang usia pernikahan kami telah memasuki tahun ke tujuh tetapi belum mengadopsi anak karena saya harus fokus kepada pengobatan. Pada awal tahun 2015 saya merasakan ada benjolan di bagian perut dan ketika diperiksakan ke dokter ternyata itu adalah miom. Ketika hendak melakukan operasi, saya terlebih dahulu melakukan pemeriksaan lengkap, ternyata ada gangguan paru-paru sehingga operasi ditunda dan saya harus menjalani pengobatan paru-paru terlebih dahulu hingga satu tahun setengah. Dan kedua kalinya saya menjalani pemeriksaan lengkap sebelum operasi miom dan ternyata terjadi pembekuan di pembuluh darah jantung sehingga operasi harus ditunda dan mengobati jantung terlebih dahulu. Dan puji Tuhan, jika Tuhan berkehendak saya akan melakukan operasi pada tahun 2017. Selama menjalani proses ini, saya bersyukur memiliki suami yang sangat baik dan penyabar. Dia selalu memberi saya motivasi, dukungan, menyemangati saya supaya bangkit lagi. Setiap kali saya merasa kecewa atau sedih terhadap keadaan, ia berkata, "Jalani saja dan tetap semangat, yang penting kita sudah usaha, sekarang biarkan Tuhan yang bekerja." Dan lewat semua ini saya tahu bahwa Tuhan ingin saya melihat betapa besarnya cinta suami terhadap saya, juga saya diajarkan untuk lebih bersyukur dan lebih bersabar dalam segala sesuatu. Bukan hanya untuk hal yang baik tetapi juga untuk hal yang kelihatannya tidak baik bagi manusia. Semoga kesaksian ini dapat menjadi kekuatan bagi Saudara dalam menjalani proses hidup.


back
more article...
login member
Username
Password
* sign up here