welcome visitor
Join us

categories
artikel -

Tuhanlah Penolongku

Kesaksian Leny, NTT

Saya dilahirkan dalam keluarga Kristen. Walaupun status keluarga saya adalah orang Kristen namun kehidupan yang kami jalani jauh dari kehidupan Kristen yang seharusnya menurut firman Tuhan. Dua orang saudara saya justru kemudian menganut kepercayaan lain, dan tiga lainnya tetap menjalani kehidupan Kristen KTP. Tumbuh dan besar di dalam lingkungan yang masih memercayai kepercayaan animisme juga memengaruhi cara berpikir kami. Memang status kami adalah orang Kristen tetapi kepercayaan kami masih animisme, di mana kami masih memercayai roh-roh dan arwah nenek moyang. Segala aspek kehidupan kami pun dipengaruhi oleh kepercayaan ini, mulai dari urusan pertanian, pernikahan, hingga hal-hal seperti sakit-penyakit.
Suatu ketika mama jatuh sakit dan dalam kondisi yang sangat kritis. Hemoglobinnya sangat rendah, hanya 5, dengan demikian mama harus mendapatkan transfusi darah golongan AB. Tetapi, rumah sakit juga tidak memiliki stok golongan darah AB. Juga kondisi daerah yang terpencil, menyulitkan kami mendapatkan golongan darah AB sehingga kami harus mencari orang yang bersedia mendonorkan darahnya. Semakin hari kondisi mama semakin menurun, kakak-kakak saya pun tidak bisa mendonorkan darah karena kondisi yang kurang fit menurut dokter. Perdebatan dalam keluarga pun dimulai, mereka berencana untuk mengadakan doa kepada arwah nenek moyang untuk kesembuhan mama. Terang saja saya menolak hal ini mentah-mentah walau saya sendiri pun tak tahu solusi terbaik untuk mendapatkan pendonor. Setelah menghubungi beberapa organisasi, akhirnya ada seseorang yang bersedia mendonorkan darah walaupun hanya didapatkan 150 cc. Besok harinya ada satu orang lagi yang mendonorkan darahnya 350 cc. Namun demikian dokter tetap meminta kami untuk mencarikan pendonor lagi karena hemoglobin mama saat itu masih 7. Bila kami tidak mendapatkan pendonor dengan segera, dikhawatirkan kondisinya akan kembali menurun.
Di tengah situasi yang demikian, saya pun berdoa meminta Tuhan untuk melakukan mujizatNya. Saya tidak ingin keluarga saya sampai melakukan sembahyang kepada arwah nenek moyang untuk kesembuhan mama. Dengan hati yang benar-benar pedih karena merasa tidak ada satu orang pun dari keluarga yang mau mendukung saya untuk tetap berharap kepada Tuhan, saya berdoa memohon pertolongan dan pembelaan dari Tuhan. Beberapa orang justru menertawakan "keras kepala" saya untuk tidak mengikuti mereka. Saya juga melakukan doa puasa sembari tetap mencari pendonor sebisa yang saya lakukan. Saat itu saya berdoa dengan hati yang benar-benar pasrah kepada Tuhan. Firman Tuhan yang saya baca saat itu kembali memberi saya kekuatan. Saya pun berpikir bahwa besok hari Tuhan pasti akan mengirimkan seorang pendonor. Namun besoknya pun tak ada seorang pendonor yang kami dapatkan. Hati saya berusaha untuk tetap percaya bahwa besoknya lagi mama akan mendapatkan pendonor. Tetapi, apa yang saya pikirkan berbeda dengan apa yang terjadi. Pagi hari kakak saya telepon dan mengatakan bahwa dokter sudah memperbolehkan mama pulang karena sudah sadar dan kondisinya sangat stabil. Ini semua karena pertolongan Tuhan! Pada akhirnya Tuhan tidak mempermalukan keyakinan saya kepadaNya di depan mereka yang menertawakan iman saya. Demikianlah saya membagikan kesaksian ini agar teman-teman seiman tetap bertahan dalam imannya sekalipun situasi tampak tidak memungkinkan.


back
more article...
login member
Username
Password
* sign up here