welcome visitor
Join us

categories
artikel -

Mujizat Masih Banyak

Kami menikah pada 6 September 2008 di Bandung. 3 bulan kemudian saya mengandung, tentu kenyataan ini membawa sukacita bagi kami. Awal Januari 2009 saya memeriksakan kandungan dan dokter menyatakan perkembangan janin saya agak lambat. Waktu itu usianya sudah 7 minggu, akan tetapi yang terlihat di USG seperti berusia 5 minggu. Namun demikian, dokter menyatakan janin dalam kandungan saya baik-baik saja dan bisa dipertahankan. Dokter memberi saya vitamin penguat kandungan dengan menaikkan dosisnya, dari 1 kali sehari menjadi 2 kali. Awal Februari 2009, saya periksa kandungan ke dokter yang berbeda, karena saat itu saya kembali ke rumah orang tua di Pontianak. Dokter ini pun mengatakan bahwa kandungan saya sehat-sehat saja. Pertengahan Februari 2009, sebelum kembali ke Bandung, saya kembali memeriksakan kandungan di Pontianak, serta menanyakan apakah boleh mengadakan perjalanan lewat udara, dan dokter memperbolehkan. 16 Maret 2009 saya kembali kontrol di Bandung, namun hasil USG mengatakan bahwa janin saya sudah tidak ada lagi. Jantungnya tidak berdetak lagi dan kepalanya sudah mengecil, janin saya meninggal dalam kandungan. Saya shock dan menangis saat mendengar apa yang dikatakan dokter, suami saya pun kelihatan sangat terpukul. Andai janin tersebut masih hidup, tetapi kelak setelah lahir sangat mungkin akan cacat karena ada kelainan di syaraf tulang belakang kepalanya. Kemudian dokter memberi resep agar saya dapat melahirkan secara alami, namun sebelumnya dokter menyarankan agar kami melakukan USG 3 dimensi dan kami dianjurkan untuk mendapatkan second opinion dari dokter lain. Malam itu juga kami melakukan USG 3 dimensi dan hasilnya menunjukkan bahwa janin kami memang sudah tiada. Kami menghadapi kenyataan itu dengan hati yang bertanya, kenapa Tuhan mengambil anak kami yang belum sempat lahir? Keesokan harinya kami menebus resep dokter, saya meminumnya, namun tidak ada reaksi apa-apa dari kandungan saya. Kemudian dokter pun mengatakan bahwa saya harus dikuret pada Jumat, 20 Maret 2009. Saya menjalani proses kuret pada pukul 09.00 WIB dan mengalami pendarahan. Saya kembali di USG, ternyata ada sedikit plasenta yang tertinggal menempel di dinding rahim dan dokter pun memutuskan untuk melakukan kuretase sekali lagi. Waktu itu saya sempat melihat jam menunjukkan pukul 16.00 WIB. Sebelum dibius, saya berdoa dalam hati Tuhan selamatkanlah saya! Saat itu yang ada dalam pikiran saya adalah, Apakah saya bisa selamat sebab pada hari yang sama saya dikuret sampai 2 kali? Ternyata kuretase berlanjut ke operasi caesar, karena pendarahan tidak juga berhenti. Kondisi saya sudah kritis karena kehilangan banyak darah. Kondisi yang berat itu membuat dokter memutuskan untuk melakukan tindakan pengangkatan rahim dan meminta persetujuan dari pihak keluarga. Mendengar itu mama saya yang saat itu berada di RS langsung saja menjadi histeris, sementara papa yang berada di Pontianak segera menelepon Bapak Gembala Sidang untuk minta dukungan doa. Di sisi yang lain, suami saya menghubungi teman-teman Persekutuan Doa kami untuk bersehati berdoa bagi keselamatan saya. Kuasa doa sungguh luar biasa dan mujizat terjadi, pengangkatan rahim tidak perlu dilakukan. Dokter mendapatkan suatu cara untuk menghentikan pendarahan dengan cara mengikat rahim, dan cara itu berhasil! Dokter yang juga adalah anak Tuhan mengatakan semua ini adalah suatu mujizat. Sebelumnya, beliau belum pernah menangani kasus seperti yang saya alami. Pasca operasi, kondisi saya berangsur-angsur pulih, namun hingga memasuki tahun 2010 saya tidak kunjung hamil juga. Saya kontrol ke dokter dan diberi vitamin penyubur. Setiap bulan saya selalu kembali kontrol ke dokter sampai 8 bulan berturut-turut dan selalu meminum vitamin penyubur, yang disertai dengan doa yang tiada henti-hentinya memohon Tuhan segera memberi kami keturunan. Dokter pun menyarankan agar saya melakukan HSG untuk melihat apakah ada perlengketan dinding rahim sehingga menyulitkan saya untuk hamil. Namun saya tidak melakukannya karena berdasarkan info, proses HSG itu menyakitkan. Akhirnya pada September 2010, bertepatan dengan libur Idul Fitri, saya dan suami pergi berlibur ke Malaysia, sekalian memeriksakan kondisi rahim saya. Di sana saya diperiksa, hasilnya kelihatan bahwa di rahim saya yang pernah terluka ada semacam kista. Dokter mengatakan bahwa jika saya hamil kembali, maka kehamilan saya itu kemungkinan besar akan menyebabkan rahim saya pecah/sobek, terutama tatkala usia kandungan memasuki sekitar bulan ke-8. Dengan adanya kista, saya dinyatakan tidak mungkin bisa hamil, ditambah lagi dengan masa menstruasi saya yang tidak tepat. Walau demikian, dokter tetap memberi saya resep berupa vitamin asam folat. Selain itu saya juga sempat berobat ke pengobatan herbal. Sejak kembali ke Bandung, saya tidak lagi kontrol ke dokter karena sudah bosan dengan obat-obat yang harus ditelan. Saya sepenuhnya berserah kepada Tuhan. Saya percaya akan mujizat yang telah Tuhan kerjakan, di mana rahim saya tidak perlu diangkat, ya pasti ada rencana Tuhan yang luar biasa bagi saya. Tuhan pasti akan menganugerahkan anak dalam keluarga kami. Setiap hari saya memanjatkan doa beberapa kali untuk permohonan yang sama, dan terkadang saya berdoa sampai menangis seperti seorang anak kecil yang menangis tersedu-sedu meminta kepada bapanya. Awal Januari 2011, saya dan suami makan malam di suatu restoran dan seorang anak laki-laki, kira-kira berusia 3 tahun berlari ke arah saya. Anak itu minta saya untuk menggendongnya, kami sama sekali tidak saling mengenal. Keluarga dari anak laki-laki tersebut juga kaget, lalu nenek dari anak itu bertanya, apakah kami sudah mempunyai anak? Saya menjawab, Belum. Nenek itu lalu berkata bahwa sebentar lagi kami akan segera punya anak dan saya mengaminkan perkataannya. Waktu itu sebenarnya saya sudah hamil, namun saya belum menyadarinya karena setiap bulan, siklus menstruasi saya memang tidak pernah tepat. Memasuki bulan Februari, saya selalu merasa tidak enak badan dan menstruasi juga telat 11 hari. Lalu saya memakai test pack dan hasilnya 2 garis. Saya hamil! Sejak hamil saya sehat sampai melahirkan dengan cara operasi caesar. Semua berjalan lancar dan kekhawatiran kami akan prediksi dokter di Malaysia bahwa rahim saya akan sobek, juga tidak terjadi. Oleh pemeliharaan Tuhan, Selasa, 20 September 2011, bayi laki-laki kami yang lucu lahir dalam keadaan sehat. Ia lahir dengan bobot 3,195 kg dan panjang 50 cm. Semua ini bisa terjadi karena penyertaan Tuhan, ya karena doa yang dinaikkan tanpa henti. Terpujilah Tuhan Yesus Kristus, Sang Pembuat mujizat!


back
more article...
login member
Username
Password
* sign up here